Peran AI yang semakin merambah berbagai macam lini industri kerap kali dipandang sebagai hal yang mengancam untuk keberlanjutan pekerjaan tertentu. Industri arsitektur juga menjadi salah salah satu industri yang ikut tersentuh perkembangan AI dan banyak merubah bagaimana arsitektur dan arsitek tumbuh. Tidak bisa dipungkiri bahwa AI juga banyak membantu arsitek dan ilmu arsitektur itu sendiri untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan semakin mempermudah analisis dan eksekusi desain bangunan, namun apakah arsitek perlu khawatir akan masifnya perkembangan AI ini? Bagaimana sejauh ini perkembangan AI dalam arsitektur?
1980 - 1990-an:
- Awal penggunaan CAD (Computer-Aided Design) untuk membantu arsitek dalam pembuatan desain.
2000-an:
- Software 3D modelling semakin umum untuk mengerjakan visualisasi desain dan model yang dinamis seperti Revit dan SketchUp.
2010-an:
- Konsep generative design mulai muncul, memanfaatkan algoritma AI untuk menciptakan banyak opsi desain dan analisis yang lebih kompleks.
2010-an hingga saat ini:
- Machine learning dan AI semakin terintegrasi untuk mengidentifikasi pola dan mendukung pengambilan keputusan
- Penggunaan AI untuk analisis data skala yang lebih besar, memahami preferensi penghuni, dan meningkatkan efisiensi desain.
- Integrasi AI dalam praktik harian arsitek, termasuk untuk bangunan pintar dan teknologi bangunan yang adaptif.
- Terus berkembangnya peran AI dalam mendukung kreativitas, efisiensi, dan keberlanjutan dalam proyek arsitektur.
Bagaimana AI Membantu Arsitek Saat Ini dan Dimasa Depan?
1) Design Options Based on Specific Criteria
Algoritma AI saat ini sangat memungkinkan untuk bisa mengolah data dalam skala besar dan memiliki potensi untuk menghasilkan berbagai opsi desain. Di masa depan, arsitek kemungkinan akan memasukkan kriteria seperti anggaran, kebutuhan ruang, atau tujuan keberlanjutan, memungkinkan AI menghasilkan alternatif desain yang lebih optimal.
2) Site Analysis and Mass Studies
Software seperti Autodesk Forma, dapat mengekstrak informasi perkotaan dari basis data yang dapat diakses secara terbuka dan membantu membuat studi massa dengan mempertimbangkan data lingkungan, luas lantai, bentuk bangunan, tinggi bangunan, batasan jarak, peraturan bangunan, dll.
3) Generative Design
AI juga dapat menjadi opsi untuk menghasilkan hasil visual render yang realistis dan relatif lebih cepat. Software AI generative design seperti Stable Diffusion, Midjourney, Dall-e 2, atau Adobe Firefly bisa digunakan untuk menyelidiki berbagai pilihan material dan tahap inisiasi desain ruang selama fase awal proyek.
4) Coding - Custom Apps, Programs, and Plugins
AI dapat membantu dalam penulisan kode dan pengembangan software dan plugin untuk membantu mengorganisir sumber daya desain dan membangun basis data. Tentunya hal akan sangat bermanfaat jika ada open-source library untuk arsitek dapat berkolaborasi dan berbagi informasi.
5) Energy Efficiency and Sustainability
AI dapat membantu arsitek dalam merancang bangunan yang efisien energi dan berkelanjutan. Seperti dengan menganalisis faktor-faktor seperti data iklim, orientasi bangunan, material, dan pola konsumsi energi, algoritma AI dapat merekomendasikan modifikasi desain yang membuat penggunaan energi bangunan lebih efisien dan mengurangi dampak lingkungannya.
6) BIM and Project Management
Building Information Modeling (BIM) adalah software terkini yang dapat mengintegrasikan dan mencakup data geometris, bahan, dan informasi lain yang relevan. AI dapat menganalisis data BIM dan mendeteksi konflik, mengoptimalkan jadwal, dan membantu dalam kegiatan manajemen proyek, sehingga dapat meningkatkan koordinasi dan mengurangi kesalahan dalam proses konstruksi.
7) Virtual Reality and Augmented Reality
Arsitek dapat memanfaatkan potensi AI dalam bentuk virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) untuk membuat visualisasi dan presentasi desain kepada klien. Dengan menggunakan teknologi ini, kita bisa menjelajahi lingkungan virtual 3D pada berbagai skala, bahkan ukuran sesungguhnya (skala 1:1). Selain itu, klien pun akan semakin dimudahkan untuk dapat memahami dan melihat wujud nyata dari desain yang kita hasilkan.
8) Building Maintenance
Tidak hanya pada proses perancangan, teknologi AI pun telah dikembangkan untuk menganalisis dan mendeteksi kekurangan di area seperti kondisi jalan dan eksterior bangunan sehingga memungkinkan untuk deteksi dini perawatan yang diperlukan untuk infrastruktur.
9) Cost Estimation and Material Selection
Terakhir, tidak menutup kemungkinan juga AI dapat membantu arsitek untuk mengidentifikasi spesifikasi material bangunan, hingga memberikan perkiraan biaya yang akurat dan rekomendasi material. Arsitek dapat memanfaatkan data ini untuk membuat pilihan yang terinformasi dengan baik yang sesuai dengan pembatasan anggaran dan kebutuhan proyek.
Bagaimana seharusnya posisi arsitek dalam menghadapi AI? Apakah AI akan bisa bersaing dengan arsitek, atau cukup dipandang sebagai perkembangan teknologi untuk beradaptasi dan berkolaborasi?
Kompetisi:
Arsitek mungkin melihat kecerdasan buatan sebagai pesaing dalam beberapa tugas, seperti menghasilkan opsi desain atau menganalisis data. Namun, penting untuk melihat AI sebagai alat yang meningkatkan kemampuan daripada sebagai pengganti.
Adaptasi:
Arsitek perlu beradaptasi untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam alur kerja dengan melibatkan dan memanfaatkan tools AI untuk pekerjaan seperti analisis data, desain generatif, atau optimalisasi efisiensi energi.
Kolaborasi:
Pendekatan yang paling efektif adalah kolaborasi, di mana arsitek dan AI bekerja bersama secara sinergis. AI dapat menangani tugas-tugas yang repetitif dan analisis data, sehingga arsitek dapat fokus pada aspek kreatif dan berorientasi pada manusia dari desain. Arsitek dapat berperan untuk memandu AI dan tetap memastikan sejalan dengan visi dan pertimbangan etika.
Arsitek dapat mendapatkan manfaat dengan menjadikan AI sebagai alat kolaboratif, memungkinkan proses desain yang lebih efisien dan inovatif.