Jogja Planning Gallery

Etalase Perjalanan Tata Kota Yogyakarta

 

Overview

Jogja Planning Gallery merupakan bangunan yang dirancang sebagai wadah miniatur galeri perencanaan tata Kota Yogyakarta di masa depan dan didesain berdasarkan makna filosofis, yaitu Natas Nitis Netes. Makna Natas Nitis Netes pada bangunan adalah untuk mengisi sebuah fase antara masa lalu dan masa depan, memberikan visi akan perancangan daerah di masa depan, juga sebagai jembatan untuk menghubungkan masa depan, masa lalu, dan masa sekarang dengan tetap menjunjung nilai-nilai luhur (andhap asor). Selain perencanaan desain yang sarat akan makna filosofis, lokasi yang direncanakan untuk Jogja Planning Gallery ini pula berada pada sumbu filosofis garis imajiner dari Panggung Krapyak, Kraton, hingga Tugu Pal Putih yang membentang ke utara menuju Gunung Merapi dan ke selatan menuju pantai selatan.

Challenge

Jogja Planning Gallery merupakan sebuah tantangan dari IAI DIY bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta bagi para arsitek untuk menyalurkan gagasan terbaiknya. Tantangan ini berwujud sayembara terbuka untuk seluruh arsitek anggota IAI ber-SKA yang ingin menyalurkan desain terbaiknya untuk perencanaan bangunan yang dimaksudkan sebagai landmark dan galeri perjalanan tata Kota Yogyakarta. Perencanaan desain ini merupakan jawaban dari tim Shirvano atas tantangan sayembara Jogja Planning Gallery. Lebih jauh lagi, sayembara ini menjadi kesempatan berharga bagi Shirvaninan untuk turut serta berkontribusi dan berkarya untuk Kota Yogyakarta.

Concept

Konsep Jogja Planning Gallery berangkat dari fungsional bangunan yang dimaksudkan sebagai etalase perjalanan tata ruang Kota Yogyakarta, dengan mengadaptasi selubung dinamika kota yang dinilai dapat menggambarkan kontrol yang dilakukan kota untuk dapat berkembang mengikuti zaman namun tetap mengakar pada ruhnya. Tidak lupa, unsur lokalitas juga turut diterapkan pada pembagian zonasi ruang dan bentuk atap yang mengadaptasi arsitektur rumah jawa. Pemilihan bentuk atap khas rumah Jawa membantu sirkulasi dan pencahayaan ke dalam bangunan, serta sebagai langkah mitigasi bila terjadi letusan gunung, abu dari dampak letusan dapat segera turun kebawah dan tidak membebani atap. Sama seperti bentuk atap, unsur lokalitas kembali ditampilkan pada pembagian zonasi yang mengambil adaptasi pembagian ruang rumah Jawa, yaitu pendapa, pringgitan, dan dalem. Pembagian zona dan ruang dikategorikan berdasarkan peruntukan area publik, privat, dan servis. Zona dan ruang tersebut kemudian saling terhubung dengan satu sirkulasi utama yang lurus pada bagian tengah bangunan.

Value

Tidak hanya sarat akan konsep dan prinsip filosofis, desain yang dihasilkan mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengatasi efek dari urban heat. Penerapan unsur lokalitas, landscaping dan vegetasi pada bangunan maupun lingkungan Jogja Planning Gallery menjadi langkah mitigasi dari urban heat yang paling menonjol dan tereksekusi dengan baik. Selain berfungsi untuk memasukkan sirkulasi udara dan cahaya alami, undakan pada atap bangunan dimanfaatkan dengan baik untuk menghadirkan green roof yang dapat membuat bangunan menjadi lebih sejuk dan secara tidak langsung mengurangi pemakaian energi. Landscaping yang biasanya hanya dijadikan elemen pendukung, pada perencanaan Jogja Planning Gallery-ini keberadaanya sangat diperhatikan dan terhubung dengan prinsip filosofis utama yaitu Natas Nitis Netes. Natas atau hulu, diilustrasikan secara landscaping dengan menghadirkan elemen hijau (vegetasi) dan biru (air) untuk menandakan mula yang baik serta menciptakan kesan alami dan damai. Netes atau hilir merupakan titik akhir yang selain ditandai dengan vegetasi, juga terdapat seating area, dan levelling step pada taman untuk ruang berkumpul atau bertemu. Kehadiran elemen hijau dan biru yang interaktif pada landscaping memiliki banyak fungsi. Sebagai resapan, healing space dan tentunya sebagai elemen peneduh yang dapat mengurangi ekek dari urban heat.

Lets Build Together

Our Design Practice Finds Beauty in Solving Problems

Contact Us