Overview
Kecamatan Sayung terletak di lokasi strategis pesisir utara Jawa, tepatnya di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Lokasinya yang merupakan muara/hilir sungai dari kota-kota diatasnya (Salatiga, Boyolali) memberikan ancaman berupa limpasan air hujan dari hulu dan limpasan air dari laut (banjir rob). Di sisi lain, Kecamatan Sayung turut memiliki peran penting dalam skala kota, provinsi, hingga Pulau Jawa sebagai sudut kepentingan ekonomi, khususnya pada sektor industri dan pariwisata.
Konsep
Urban Resilient and Sustainable menjadi konsep yang diusung pada Sayung Berlabuh. Konsep ini diusung berdasarkan isu utama penurunan kualitas dari lingkungan kawasan. Isu penurunan kualitas lingkungan pada kawasan Sayung mencakup ancaman kenaikan muka air laut dan penurunan muka tanah, kualitas lingkungan dan hunian yang kurang layak, potensi pariwisata yang masih belum optimal, serta minimnya akses terhadap berbagai pekerjaan. Untuk mencapai konsep yang sudah ditetapkan, ada beberapa strategi yang akan diterapkan. Yang pertama adalah healthy cities yang bertujuan menciptakan lingkungan sehat baik secara fisik, ekonomi dan sosial. Yang kedua adalah accessible yang bertujuan untuk memberikan kemudahan hubungan antar kegiatan. Lalu yang ketiga adalah adaptive yan bertujuan untuk membangun lingkungan yang berdaya dan Berdampingan dengan alam. Serta yang terakhir water management yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan air yang ramah lingkungan.
Startegi dan Program
Dalam Sayung Berlabuh ini, terdapat tiga strategi dan program yang akan diterapkan untuk mencapai Sayung yang berfokus pada masyarakat berdaya-tangguh, lingkungan yang selaras dengan bumi, dan kawasan yang bertumbuh. Pertama ada strategi proteksi yang terbagi menjadi dua program, yaitu Mangrove Barrier sebagai proteksi alami dan ekosistem untuk Burung Kuntul Perak, lalu Hybrid Engineering sebagai pemecah ombak dan penangkap sedimen. Kedua ada strategi pengendalian yang terbagi menjadi dua program, yaitu River Rechanneling yang menghubungkan sungai untuk memberikan ruang untuk air sebanyak-banyaknya. Dilengkapi dengan pintu air untuk mengontrol elevasi air. Lalu, Wetland sebagai tempat air berkumpul. Diposisikan pada area dengan penurunan muka tanah tertinggi. Serta yang terakhir adalah strategi adaptasi untuk improvisasi yang terbagi menjadi lima program, yaitu yang pertama ada Adaptive Building sebuah bangunan dirancang untuk adaptif dengan elevasi air. Lalu kedua ada Silvofishery yang merupakan kombinasi antara tambak dengan mangrove. Sehingga, ekosistem mangrove tetap terjaga, ekonomi masyarakat tetap berjalan. Kemudian yang ketiga ada Renewable Energy melalui penggunaan solar panel pada rumah dan bangunan. Selanjutnya yang keempat ada SWRO atau Sea Water Reverse Osmosis yang merupakan metode untuk mengubah air laut menjadi air siap pakai. Yang terakhir ada Saline Agriculture yang merupakan metode pertanian dengan memperhatikan salinitas pada tanah.